| |
| Pada 20 Januari 2009 waktu setempat Barack Hussein Obama resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44. Banyak kalangan menilai sangat positif pelantikan Barack Hussein Obama sebagai penggerak perubahan dunia yang lebih baik, meskipun fokus utama yang akan dilakukan Obama memperbaiki ekonomi Amerika sendiri. Namun masyarakat internasional beharap permasalahan dunia juga menjadi perhatian Obama, termasuk penyelesaian masalah Palestina. Bagi bangsa Indonesia, pelantikan Obama sebagai presiden jelas sangat berbeda nuansanya jika dibandingkan dengan upacara-upacara pelantikan presiden AS sebelumnya. Sebab, Obama memiliki ayah tiri orang Indonesia dan Obama sendiri menghabiskan masa kecilnya di Menteng, Jakarta Pusat. Obama diharapkan jauh lebih memahami dan berempati terhadap jalan pikiran, harapan, impian, dan perjuangan rakyat Indonesia jika dibandingkan dengan presiden-presiden AS sebelumnya. Isu perubahan yang dibawa Obama diharapkan akan memunculkan adanya tatanan politik global baru, lebih adil, manusiawi, dan bermartabat. Masyarakat Indonesia juga berharap pengaruh Obama sebagai Presiden Amerika Serikat akan menjadikan hubungan antara Indonesia dengan Amerika lebih baik dan saling menguntungkan, serta diharapkan dapat diimplementasikan menjadi program konkret yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat kedua negara, khususnya bagi rakyat Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, mestinya mendapat perhatian Obama dan tidak mengabaikan Indonesia, apalagi posisi geografisnya yang begitu penting dan strategis. Namun, kalau Indonesia masih tetap seperti sekarang ini kondisinya, khususnya dalam hal membangun diri, maka siapa pun tidak akan memberi perhatian khusus kepada Indonesia, dan Indonesia akan tetap dianggap tak lebih sekedar sebagai pasar bagi berbagai produk barang dan jasa negara-negara maju dan besar. Harapan baru menyambut kehadiran Obama yang pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta itu menjadi penghuni Gedung Putih kebanggaan paman Sam. Perubahan yang Obama janjikan telah memunculkan harapan adanya tatanan politik internasional yang baik dan dilandasi keadilan. Masyarakat Indonesia ingin dalam hubungan antarnegara dalam menghadapi berbagai persoalan global bisa diselesaikan secara bersama, tidak lagi unilateral. Masyarakat dunia sepakat perdamaian di dunia adalah harga mati yang tidak bisa ditolak. Dunia berharap perubahan, tapi mungkin Obama tidak mampu melakukan itu sepenuhnya. Mengharapkan Obama akan memberikan privilese, bantuan, kemudahan, serta perhatian lebih untuk membuat agenda-agenda yang pro-Indonesia dalam kebijakan luar negerinya adalah sikap tidak proporsional. Hillary Rodham Clinton yang akan menjadi menteri luar negeri dalam kabinet Obama pun baru-baru ini secara eksplisit mengakui pentingnya posisi strategis Indonesia bagi Amerika Serikat. Indonesia harus dapat memanfaatkan situasi dan tidak membiarkan modal sosial dan emosional yang terjalin antara Obama dan Jakarta berlalu begitu saja. Sebab, dari sana dapat tercipta hubungan setara saling menguntungkan antara kedua bangsa yang jauh lebih baik, rileks, terbuka, positif, dan produktif daripada sebelumnya. Dengan perspektif itu, peningkatan hubungan antara pemerintah Indonesia-Amerika, pengusaha Indonesia dan Amerika, maupun hubungan antar individu rakyat Indonesia-Ameriaka yang selama ini hanya merupakan basa-basi diplomatik, diharapkan dapat diimplementasikan menjadi program nyata yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia maupun Amerika. Pekerjaan rumah (PR) Obama sebagai Presiden Amerika Serikat, terbesarnya adalah membenahi ekonomi domestik negaranya yang hancur lebur karena krisis keuangan yang dipicu kredit macet sektor perumahan. Di kancah politik global, Obama harus segera menjadwalkan penarikan pasukan AS dari Irak, namun memperkuat kehadiran di Afghanistan, mendekati Iran, mendekati Korea Utara, menjalin hubungan yang lebih baik dan berimbang dengan China (khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan). Kini seluruh dunia menanti langkah-langkah Obama dan tim kabinetnya yang dianggap banyak kalangan sangat kredibel. Negara-negara Asia seperti India, China, Jepang, Korea Utara, ASEAN, termasuk Indonesia, mengharapkan kerja sama lebih erat dalam mengatasi krisis global serta menciptakan stabilitas kawasan. Dunia berharap Amerika di bawah pimpinan Obama tidak lagi memainkan peran sebagai “koboy dunia” yang bisa semaunya mengintervensi urusan dapur negara lain. Obama hendaknya tidak menyia-nyiakan harapan besar yang dititipkan bangsa Amerika dan dunia kepadanya. Obama telah menjadi ikon dunia baru untuk perubahan, perubahan menuju pembaruan. Banyak yang berandai-andai, agar pengaruh besar yang dimiliki Amerika Serikat akan digunakan lebih konstruktif di bawah Presiden Obama. Banyak pejabat Indonesia yang juga ikut menitipkan harapan itu. Memang banyak masalah dunia penting bagi Indonesia, seperti masalah Israel dan Palestina. Tetapi, bagi Amerika, juga bagi Obama, yang terpenting adalah urusan Amerika sendiri. Karena itu, harapan perubahan untuk isu-isu internasional masih menjadi pekerjaan berikutnya yang dilakukan Obama. Meski begitu, keberhasilan Obama meraih posisi tertinggi untuk menjadi presiden, tetap sangat layak jadi inspirasi masyarakat Indonesia. Dengan membangun sistem masyarakat yang demokratis, adil, tidak korup, serta tidak diskriminatif akan memungkinkan setiap orang dapat menggapai impiannya. Keberhasilan Obama meraih impiannya menjadi pemimpin besar Amerika maupun dunia, selayaknya menjadi inspirasi masyarakat dan pemuda Indonesia untuk maju dan tampil sebagai motor penggerak perubahan menuju yang lebih baik. Rakyat Indonesia juga ditantang memperbaiki diri membangun bangsa, menjadi bangsa yang besar dan disegani dunia. Pemerintah Indonesia harus bisa memanfaat jalinan emosional Obama dengan Indonesia, untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, yang adil, makmur, damai dan sejartera. |
30 Januari 2009
Obama-Obama Indonesia, Inspirasi atau Tantangan ?
Label:
indonesia,
Inspirasi atau Tantangan,
Obama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar